Cecelia Song, Andika Putraditama, Andrew Leach, Ariana Alisjahbana, Lisa Johnston, James Anderson dan ahli lainnya di WRI juga berkontribusi dalam artikel ini.

Read this post in English here.

Hari Jumat yang lalu, World Resources Institute (WRI) mempublikasikan data detil terkait lokasi peringatan titik api di Sumatera yang telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu dan berpotensi beracun di wilayah Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Pemerintah ketiga negara, perusahaan-perusahaan, maupun media semua berlomba untuk mencari data untuk memahami penyebab dan lokasi sebaran titik api, serta memutuskan siapa yang seharusnya bertanggung jawab.

Selama beberapa hari terakhir ini, WRI telah melacak lokasi sebaran kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Sumatera, sebuah pulau di bagian barat Indonesia. Dalam perkembangan terbaru ini, WRI menganalisis tren historis kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera.

Analisis terbaru dari WRI menunjukkan adanya perkembangan sebaran peringatan titik api di Sumatera dari waktu ke waktu serta kaitannya dengan konsesi perusahaan. Dua data penting dalam analisis ini antara lain: 1. Peringatan titik api baru dari Data Api Aktif NASA, yang menunjukkan sebaran peringatan titik api terbaru selama periode 20-23 Juni (sebelumnya hanya pada 12-20 Juni. Data NASA hanya mengindikasikan kemungkinan lokasi ternjadinya kebarakan. Untuk mengetahui apakah ada api atau tidak, data tersebut harus diverifikasi di lapangan. Lihat disini untuk informasi lebih lanjut tentang data NASA.)

  1. Peta konsesi dan penggunaan lahan terbaru dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, tertanggal 2013.

Versi terbaru dari Peta Interaktif kami menenunjukkan peta tumpang tindih dari kedua data terbaru tersebut.

Catatan: Visualisasi di bawah ini bersumber dari data yang tersedia bagi publik dari NASA dan Pemerintah Indonesia. Para ahli di WRI telah melakukan usaha terbaik mereka untuk melakukan verifikasi terhadap informasi ini, namun tidak dapat mengkonfirmasi akurasi dari informasi awal tersebut.

Dari peta-peta ini, WRI telah mentabulasikan jumlah peringatan titik api berdasarkan tanggal, serta mengidentifikasi jumlah peringatan yang terjadi di dalam dan di luar area konsesi.

Berikut adalah tabel terbaru yang menunjukkan konsesi yang menjadi lokasi peringatan titik api berdasarkan data konsesi 2013.

Observasi Baru

Data baru menggarisbawahi dua pola kunci:

  1. Jumlah peringatan titik api di Indonesia masih tetap tinggi, menunjukkan bahwa kebakaran di lapangan masih menjadi isu yang serius. Sebagaimana ditunjukkan data NASA, jumlah peringatan titik api paling tinggi terjadi pada 19 Juni dimana memang terdapat peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan hari-hari lain. Hari-hari selanjutnya masih menunjukkan angka peringatan titik api yang relatif lebih tinggi, dengan 21 dan 23 Juni di posisi kedua dan ketiga tertinggi.

  2. Persentase peringatan titik api yang terjadi di wilayah konsesi perusahaan meningkat jika dibandingkan dengan beberapa hari lalu. Untuk periode 12-23 Juni, semakin meningginya jumlah titik api diiringi dengan meningkatnya proporsi peringatan titik api yang terdapat dalam wilayah konsesi.

Meskipun data baru ini telah membantu ditemukannya pola di atas, data ini masih belum cukup lengkap. Peta konsesi untuk 2013 masih belum dapat diakses publik dan tidak bisa diakses online dengan gratis. Padahal data ini maupun data lain yang serupa, seperti kepemilikan perusahaan, dapat memperkuat kemampuan kelompok-kelompok yang bekerja dalam isu ini, termasuk pemerintah, untuk membuat analisis.

Jika pemerintah Indonesia, perusahaan, dan komunitas dapat bekerja sama untuk memastikan ketersediaan data tersebut secara publik, langkah ini menjadi usaha penting yang dapat mencegah krisis kebakaran hutan di masa mendatang, sekaligus memastikan masa depan yang lebih lestari bagi hutan dan masyarakat Indonesia.

Artikel ini telah disunting untuk mengklarifikasi penggunaan data peringatan titik api NASA. Klik disini untuk mengetahui lebih lanjut tentang system ini.